Rabu, 02 September 2015

Kerajinan Anyaman Daun Pandan Dikenal Sejak Dulu

                     

 Kerajian anyaman dari daun pandan menjadi salah satu produk unggulan yang dimiliki Desa Sasak Panjang Kecamatan Tajurhalang. Kerajinan anyaman tersebut diproduksi oleh para ibu PKK Desa Sasak Panjang setelah mendapat pelatihan dari Dinas Perindutrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bogor pada 2009 lalu.

Berbagai jenis anyaman seperti tikar, alas sejadah, topi, tas tempat penyimpanan koran hingga dompet dibuat dari daun pandan yang banyak tumbuh di desa setempat. Dan pernah dipamerkan di Jakarta Convention Center (JCC). “Saat pameran di JCC, produk yang paling banyak diminati adalah jenis tas ukuran besar,” kata Ketua PKK Desa Sasak Panjang, Yoyoh Iman Irmawan, baru-baru ini.

Ia juga menyebutkan jika mayoritas warga khususnya para ibu di Desa Sasak Panjang dari dulu merupakan pengrajin dari hasil alam seperti tikar, talenan bahkan sandal bakiak. “Kami mencoba memanfaatkan hasil alam yang ada di desa kami seperti daun pandan yang memang banyak tumbuh disini , dan kemampuan para kader PKK dalam membuat anyaman juga tidak lepas dari faktor turunan dari orang tua yang memang sudah menjadi pengrajin anyaman,” jelas Yoyoh, yang memilki 25 anggota kader PKK.

Selain mendapat pelatihan dari Disperindagkop, para kader PKK ini juga dibantu dalam pengembangan usahanya seperti mengikuti acara pameran di JCC, Bogor Expo dan lain-lain. “Kami juga terus mengembangkan usaha dengan mengikuti pameran lainnya, walaupun biasanya kami harus iuran dalam mengeluarkan dana sendiri untuk biaya pendaftaran pameran,” ujarnya yang menamai produknya dengan nama “SAPA” yang merupakan singkatan dari nama desa Sasak Panjang.

Pembuatan anyaman dari daun pandan sendiri cukup rumit. Menurut Mulyani salah satu kader dari Pokja 4 PKK Desa Sasak Panjang, proses pembuatan anyaman sendiri membutuhkan waktu setidaknya 4 sampai 5 hari.

“Daun pandan yang sudah dipisahkan dari pelepahnya dengan cara penyiringan dan dipotong kecil-kecil, untuk proses ini kami memerlukan waktu 1 hari. Kemudian daun tersebut kami rebus selama satu jam lalu ditiriskan dengan air dingin dan didiamkan selam satu hari. Setelah itu, dijemur dan dipepes lagi agar daun lembek sehingga mudah untuk dianyam. Tahap berikutnya, setelah jadi barang tersebut diberi warna dengan zat pewarna makanan dan diolesi minyak sayur agar dalam proses pengeringannya warna tersebut tidak pudar lalu direbus kembali,” beber Mulyani (43).

Produk-produk yang dihasilkan ini dijual dengan harga bervariasi. Untuk jenis Tikar ukuran besar dihargai Rp. 100.000,-, tikar ukuran kecil Rp. 75.000,-, Box Koran Rp. 150.000,-, Tas besar alus Rp. 100.000,-, tas besar biasa Rp. 50.000, sampai Rp. 80.000- dan dompet dilepas kepasaran dengan harga Rp. 25.000.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar