Selasa, 15 September 2015

Menyulap limbah kokon sutra menjadi suvenir menarik

Kokon adalah kepompong yang dihasilkan ulat sutra. Namun tidak semua kokon bisa diproses menjadi benang sutra karena kualitasnya yang buruk. Biasanya, kokon jenis ini akan dibuang. Potensi limbah kokon inilah dilirik Putu Suwanwedi dan Furi Suminarintyas dengan memproduksi berbagai kerajinan dan suvenir.

Sebagai bahan baku benang sutra, tak semua kokon atau kepompong ulat sutra bisa diproses menjadi benang sutra. Hanya kokon dengan kualitas baik yang bisa dijadikan benang sutra. Adapun kokon dengan kualitas di bawah standar dibuang atau dibakar begitu saja.

Melihat banyaknya kokon yang terbuang percuma dan menjadi sampah, Putu Suanwedi tergerak membuat kerajinan berbahan baku kokon. "Awalnya saya tidak paham dengan kerajinan dari kokon ini, namun setelah coba-coba akhirnya bisa juga," kata Putu.

Putu Suanwedi adalah pemilik Suvanahana Cocoon Craft Bali. Ia mengawali usaha kerajinan kokon sejak tahun 2007. Usahanya berawal ketika menerima pesanan pernak-pernik kokon dari seorang teman dari Prancis.

Setelah bersusah payah memenuhi pesanan, Putu malah kehilangan kontak temannya. "Dari pada tak berguna, saya jual ke orang lain," ujar perempuan lulusan D3 ABA Yogyakarta ini.

Tak disangka, banyak orang tertarik dan memesan suvenir kokon buatan Putu. Melihat potensi ini, Putu lalu mengembangkan berbagai kerajinan lain. Berbagai aksesori seperti kalung, cincin, tas serta kap lampu dibuat. Walaupun membuat berbagai kerajinan, Putu tetap fokus pada pembuatan suvenir bentuk bunga. "Mudah dan banyak peminatnya," katanya. Walaupun banyak juga pesanan yang datang untuk suvenir dan kerajinan bentuk lain.

Untuk produk jepit rambut dari bahan baku kokon bentuk bunga, Putu menjual dengan harga Rp 5.000 per item. Sedangkan produk kap lampu hias yang juga dibuat dari kokon harganya Rp 600.000. "Ukuran dan tingkat kerumitan dalam pembuatan suvenir mempengaruhi harganya," ujar Putu.

Dari penjualan aksesori dan kerajinan kokon yang lain, Putu mengaku bisa mengantongi omzet sekitar Rp 20 juta per bulan.

Selain Putu, ada juga Furi Suminarintyas dengan My Silk Cocoon Craft di Yogyakarta. Ia memproduksi berbagai macam suvenir seperti bunga, kupu-kupu, capung dan berbagai hiasan kap lampu. Harga yang ditawarkan Furi berkisar antara Rp 50.000 untuk produk paling murah, dan Rp 200.000 untuk kap lampu.

Dengan penjualan mencapai 10.000 item berbagai ukuran, Furi bisa mengantongi omzet Rp 20 juta -Rp 30 juta sebulan. "Selain Jakarta, saya juga melakukan ekspor, tapi melalui eksportir agen ke Jepang," katanya.

Untuk membuat berbagai kerajinan kokon ini, Putu mengambil bahan baku dari penangkaran ulat sutra maupun kokon yang didapat dari alam bebas. Kokon yang berasal dari budidaya memiliki warna cenderung putih. Sedangkan yang berasal dari hutan warnanya kuning keemasan.

Menurutnya, kokon yang berasal dari alam bebas memiliki harga jual lebih tinggi. Selain warnanya lebih bagus, juga proses pembentukan kokon oleh ulat lebih lama. Kokon-kokon itu didatangkan Putu dari daerah Yogyakarta dan Makassar. Walaupun harga kokon berfluktuasi, Putu memberi kisaran harga antara Rp 100.000-Rp 150.000 per kilogram (kg).

Dengan dibantu empat karyawan, Putu membutuhkan sekitar 20 kg kokon untuk pembuatan berbagai macam produk kerajinan per bulan. Dari jumlah tersebut paling tidak ia bisa membuat 10.000 lebih produk suvenir dengan berbagai ukuran per bulan.

Selain di Bali, suvenir kokon buatan Putu dipasarkan di pelbagai kota lain di Indonesia seperti Yogyakarta, Jakarta, Makassar dan Batam. Bahkan, produk Putu juga telah merambah mancanegara. Sebab, saat ini dia melayani beberapa agen yang menjual kembali produknya ke Belanda dan Chili.

Dari total produk yang dihasilkan, tiap hari Putu membuat sekitar 200 suvenir bunga berbagai ukuran. Jumlah itu menurutnya masih sedikit. "Sedikit karena proses pembuatannya cukup rumit. Perlu ketelitian dan kesabaran," katanya. Proses yang menurutnya paling lama adalah saat memotong dan merangkai. Apalagi alat-alat yang digunakan sangat sederhana.

Selain pemotongan, ada empat tahapan pembuatan suvenir dari bahan baku kokon. Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah membersihkan kokon dari kotoran ulat yang masih menempel. Pembersihan dilakukan dengan tangan karena jika dengan mesin, kokon akan rusak.

Setelah itu kokon diberi warna dengan menggunakan cat kain. "Namun banyak pelanggan yang lebih menginginkan suvenir dengan warna natural," kata Putu.

Setelah pewarnaan, kokon kemudian dipotong dengan gunting sesuai dengan pola yang dibutuhkan. Terakhir, kokon yang telah dipotong, biasanya menjadi dua bagian, dirangkai dan di tempel dengan menggunakan lem hingga terbentuk sebuah rangkaian bunga.

Untuk membuat rangkaian bunga dengan ukuran rata-rata 7 cm, Putu setidaknya menghabiskan 50 buah kokon. Adapun untuk bunga yang berukuran 10 cm, ia memerlukan 80 kokon.

Agar bisa tahan lama hingga bertahun-tahun, Putu menyarankan agar produk kerajinan kokon dihindarkan dari tempat yang lembap. Untuk perawatan, suvenir yang terbuat dari kokon alam perlu dibersihkan dengan mencelupkan ke dalam air dan diangin-anginkan. Suvenir yang terbuat dari kokon hasil budidaya harus dibersihkan, misalnya dengan menyikat sampai bersih.

Bisnis Replika Binatang Dari Kaleng Bekas Berkualitas






Secara sekilas tidak ada yang menyangka keindahan berbagai kerajinan replika binatang yang sangat indah itu adalah hasil kerajinan dari kaleng bekas. Beraneka ragam replika binatang seperti burung merak, ayam jagi, burung garuda dan binatang lain itu adalah karya Kusnodin, lelaki 51 tahun asal Magelang Jawa Tengah. Kerajinan mengolah kaleng bekas menjadi replika binatang memang telah menjadi sumber penghidupannya saat ini. Pasar untuk hasil kerajinannya kebanyakan dibeli oleh orang asing yang berwisata di beberapa tempat di Yogyakarta.
Satu buah kerajinan tangan dari kaleng bekas yang berupa replika binatang buatan Kusnodin dijual Rp 145.000 hingga Rp 450.000. Harga tergantung pada kerumitan pengerjaan dan besar-kecilnya ukuran replika binatang. Pemasaran untuk kerajinan replika binatang dari kaleng bekas ini dipasarkan di berbagai gleri kerajinan tangan di sejumlah daerah tujuan wisata mancanegara. Yogyakarta merupakan satu dari sekian kota yang biasa dipasok Kusnodin.
Proses membuat kerajinan replika binatang dari kaleng bekas ini telah dilakukan Kusnodin sejak 1987. Rasa penasarannya pun diwujudkan dengan memulai mencoba membuat replika binatang yang sederhana. Namun ternyata usaha awal itu kurang sukses. Hasil kerajinan replika binatang produksinya tidak karuan bentuknya.
Namun kegagalan tersebut tidak menyurutkan kegigihan dan semangatnya untuk membuat kerajinan replika binatang dari kaleng bekas. Dengan tekun ia mengamati beragam binatang lengkap dengan detailnya. Setelah mempelajari dengan penuh ketekunan akhirnya ia berhasi membuat replika binatang yang sangat mirip dengan aslinya.
Proses produksi kerajinan replika binatang dari kaleng bekas ini dilakukan Kusnodin di rumahnya di Dusun Pongangan, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Untuk membuat kerajinan replika binatang dari kaleng bekas ini , bahan baku kerajinan yang dibuatnya adalah beragam kaleng bekas. Kaleng itu berasal dari para pemulung. Untuk membuat replika binatang, mula-mula kaleng dibuka hingga berbentuk lembaran. Setelah itu kaleng dipotong dan dibentuk sesuai dengan pola yang diinginkan.
Setelah itu, kaleng yang telah disulap menjadi seperti bulu binatang itu dirangkai dan disambungkan satu sama lain. Ada yang menggunakan lem, ada pula yang memakai paku sebagai alat penyambungnya. Setelah disambung, bentuk binatang seutuhnya pun tercipta.
Sebagai langkah finishing, Kusnodin melakukan proses pewarnaan, proses pewarnaan sendiri memakai warna dasar kaleng. Dia hanya sedikit menambahkan warna, terutama agar warna terlihat lebih bening dan mengilap saja. Untuk menghasilkan replika binatang sampai siap jual, Kusnodin memerlukan waktu dua minggu.
Untuk mengerjakan kerajinan replika binatang dari kaleng bekas ini, Kusnodin dibantu oleh anggota keluarganya. Dulu sebelum krisis moneter 1998 banyak orang yang membantu ikut bekerja padanya. Saat itu prosuksinya sangat banyak, hingga diekspor ke berbagai negara. Namun karena kondisi krisis moneter tersebut penjualannya menurun dan hanya terbatas pada galeri kerajinan saja.
Meski pasar eksport tidak lagi seperti dulu namun kerajinan replika binatang Kunodin tetaplah laris di pasaran. Menurut lelaki yang pernah berprofesi sebagai sopir angkot ini dari bisnis kerajinan replika binatang kaleng bekas ini bisa menghidupi keluarga dan menguliahkan dua anaknya hingga menjadi sarjana. Selain itu mobil dari hasil bisnis kerajinan replika binatang dari kaleng bekas bertengger di rumahnhya.


Rabu, 02 September 2015

Kerajinan Tangan Dari Daun Pelepah Pisang

Sebagain besar masyarakat menganggap daun pelepah pisang kering adalah sampah yang tidak berguna. Bahkan terkadang oleh orang tua dau pelepah pisang kering hanya dibakar begitu saja karena dianggap sampah yang mengotori kebun. Namun kini daun pelepah pisang kering dapat dijadikan sebagai kerajinan tangan yang indah dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tangan-tangan kreatiflah yang menjadikan limbah daun kering menjadi kerajinan tangan yang mendatangkan rezeki dan dapat dijadikan sebagai peluang usaha.
Kerajinan tangan dari daun pelepah pisang kering merupakan kerajinan tangan yang gampang-gampang susah, yang penting adalah niatnya untuk belajar. Kerajinan tangan dari daun sebaiknya menggunakan daun yang berjatuhan di tanah, mulai dari daun yang berwarna kuning hingga daun yang berwarna cokelat dan benar-benar kering. Berikut ini adalah cara membuat kerajinan tangan dari daun pelepah pisang kering.

Bahan :

  1. Daun pelepah pisang kering.
  2. Straples.
  3. Lidi atau kawat kaku yang panjang.
  4. Kertas kreps warna hijau.
  5. Pylox.

Alat :

  1. Gunting.
  2. Penggaris.
  3. Pulpen.

Cara membuat kerajinan tangan dari daun pelepah pisang kering :

  1. Siapkan daun pelepah pisang yang sudah kering, kemudian buat pola daun pisang dengan menggunakan pulpen. Polanya berbentuk segitiga (pola segitiga ini di buat untuk di jadikan sebagai mahkota bunga). Usahakan membentuk pola menggunakan gunting jangan menggunakan cutter.
  2. Masukkan lidi di tengah pola yang telah dibuat. Kemudian bentuk pola segitiga yang telah dibuat menjadi sebuah kerucut.
  3. Siapkan daun pelepah pisang yang sudah kering, kemudian buat pola daun pisang dengan menggunakan pulpen. Pola yang kedua ini berbentuk oval panjang (pola ini di buat untuk di jadikan kelopak bunga). Buat pola sebanyak 5 buah untuk setangkai bunga.
  4. Ambil 1 buah pola oval lalu buat pola tersebut menjadi agak melengkung seperti daun pada umumnya dengan cara menggesekkan nya dengan penggaris.
  5. Ambil satu pola segitiga yang telah dibentuk menjadi kerucut, kemudian ambil satu pola oval yang sudah melengkung dan selanjutnya di straples di bagian ujung pola melengkung dengan bagian luar kerucut (yang di balik). Lalu ambil lagi pola melengkungnya dan di straples lagi sampai 5 buah. Lalu di pylox sesuai warna bunga.
  6. Untuk mempercantik bunga, masukkan beberapa tangkai bunga dari daun kering ke dalam  vas atau pot, pot bisa juga di buat dari botol air mineral bekas biar lebih unik, dan di warnai dengan pylox.
Itulah proses pembuatan kerajinan tangan dari daun pelepah pisang kering yang dapat menjadi panduan jika Anda tertarik untuk membuatnya. Semoga dapat bermanfaat dan selamat berkreasi.

                                                           


Kerajinan Anyaman Daun Pandan Dikenal Sejak Dulu

                     

 Kerajian anyaman dari daun pandan menjadi salah satu produk unggulan yang dimiliki Desa Sasak Panjang Kecamatan Tajurhalang. Kerajinan anyaman tersebut diproduksi oleh para ibu PKK Desa Sasak Panjang setelah mendapat pelatihan dari Dinas Perindutrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bogor pada 2009 lalu.

Berbagai jenis anyaman seperti tikar, alas sejadah, topi, tas tempat penyimpanan koran hingga dompet dibuat dari daun pandan yang banyak tumbuh di desa setempat. Dan pernah dipamerkan di Jakarta Convention Center (JCC). “Saat pameran di JCC, produk yang paling banyak diminati adalah jenis tas ukuran besar,” kata Ketua PKK Desa Sasak Panjang, Yoyoh Iman Irmawan, baru-baru ini.

Ia juga menyebutkan jika mayoritas warga khususnya para ibu di Desa Sasak Panjang dari dulu merupakan pengrajin dari hasil alam seperti tikar, talenan bahkan sandal bakiak. “Kami mencoba memanfaatkan hasil alam yang ada di desa kami seperti daun pandan yang memang banyak tumbuh disini , dan kemampuan para kader PKK dalam membuat anyaman juga tidak lepas dari faktor turunan dari orang tua yang memang sudah menjadi pengrajin anyaman,” jelas Yoyoh, yang memilki 25 anggota kader PKK.

Selain mendapat pelatihan dari Disperindagkop, para kader PKK ini juga dibantu dalam pengembangan usahanya seperti mengikuti acara pameran di JCC, Bogor Expo dan lain-lain. “Kami juga terus mengembangkan usaha dengan mengikuti pameran lainnya, walaupun biasanya kami harus iuran dalam mengeluarkan dana sendiri untuk biaya pendaftaran pameran,” ujarnya yang menamai produknya dengan nama “SAPA” yang merupakan singkatan dari nama desa Sasak Panjang.

Pembuatan anyaman dari daun pandan sendiri cukup rumit. Menurut Mulyani salah satu kader dari Pokja 4 PKK Desa Sasak Panjang, proses pembuatan anyaman sendiri membutuhkan waktu setidaknya 4 sampai 5 hari.

“Daun pandan yang sudah dipisahkan dari pelepahnya dengan cara penyiringan dan dipotong kecil-kecil, untuk proses ini kami memerlukan waktu 1 hari. Kemudian daun tersebut kami rebus selama satu jam lalu ditiriskan dengan air dingin dan didiamkan selam satu hari. Setelah itu, dijemur dan dipepes lagi agar daun lembek sehingga mudah untuk dianyam. Tahap berikutnya, setelah jadi barang tersebut diberi warna dengan zat pewarna makanan dan diolesi minyak sayur agar dalam proses pengeringannya warna tersebut tidak pudar lalu direbus kembali,” beber Mulyani (43).

Produk-produk yang dihasilkan ini dijual dengan harga bervariasi. Untuk jenis Tikar ukuran besar dihargai Rp. 100.000,-, tikar ukuran kecil Rp. 75.000,-, Box Koran Rp. 150.000,-, Tas besar alus Rp. 100.000,-, tas besar biasa Rp. 50.000, sampai Rp. 80.000- dan dompet dilepas kepasaran dengan harga Rp. 25.000.









Daun Lontar Sarana Komunikasi

Daun lontar bagi orang Bali memegang peran penting untuk sarana informasi dan komunikasi. Artinya, sebelum ditemukannya buku tulis (kertas) sebagai alat untuk menulis, orang Bali memanfaatkan daun lontar sebagai alat untuk menulis.
Tradisi menulis di atas daun lontar merupakan tradisi kuno yang dilakukan oleh nenek moyang orang Bali sejak ratusan tahun silam. Dan, tradisi ini terus bertahan hingga sekarang. Mereka tetap menulis di atas daun lontar, terutama bila menulis awig-awig adat (aturan-aturan desa).
Lalu, bagaimana kalau daun lontar menjadi lapuk? Bagaimana cara mereka mengatasi masalah tersebut? Dimanakah kita dapat melihat orang yang masih menekuni tradisi ini? Tentu masih banyak. Jika Anda sedang berada di Kabupaten Gianyar, datang saja ke sebuah desa kecil, sekitar 7 km dari kota Gianyar menuju selatan. Anda akan menjumpai desa yang bernama Br. Tojan Kanginan, Kecamatan Blahbatuh.
Disitu Anda akan bertemu dengan seorang penyembuh traditional (balian) I Wayan Tusan alias Putu Pranata. Walau penampilannya yang nampak menakutkan, namun beliau cukup disegani sehingga banyak yang datang kepadanya untuk berobat atau konsultasi tentang cara pengobatan.
Pria kelahiran 1957 ini, sering juga dicari wisatawan mancanegara yaitu dari Amerika, Australia dan India. Mereka tentu ingin membaca lontar-lontar miliknya. Di rumahnya terdapat hampir 100 bundel lontar. Beberapa lontar ditempatkan khusus dan diperlakukan sebagai benda sakral yang disucikan.
Beberapa jenis lontar ada di sana yaitu lontar Usada (alat petunjuk pengobatan). Jenis lontar ini cukup banyak yaitu lontar usada sari, lontar usada punggung tiwas, dll. Ada juga lontar tenung (tindik sejati) yang digunakan untuk meramal atau mendeteksi suatu penyakit atau untuk mendeteksi dimana keberadaan seseorang yang hilang secara gaib. Anda ingin tahu lebih jauh tentang lontar miliknya, kedatangan Anda kapan saja akan diterima dengan ramah.
Selain I Wayan Tusan, di Gianyar ada I Gusti Made Subur yang selalu memanfaatkan lontar untuk barang seni kerajinan. Pria kelahiran 1959 yang sebagian rambutnya sudah memutih ini pekerjaannya menganyam barang kerajinan dari daun lontar. Beberapa jenis anyaman dibuatnya yaitu tas, dompet, topi, basket (tempat sampah), dll.
Bapak tiga anak ini menggeluti kerajinan anyaman daun lontar sejak kecil, sekitar 1970’an. “Itu saya lakukan karena orang tua saya juga penganyam,” katanya kepada Bali Travel News sambil menambahkan, saat ini anyamannya masih laku di pasaran. Buktinya ia menerima banyak pesanan.
Harga anyamannya berkisar antara Rp.1500 sampai Rp.45.000, tergantung design dan ukurannya. “Sekali-kali saya ikut pameran di hotel-hotel, bahkan pernah ke Jakarta,” katanya.
Saat ini konsumennya berasal dari Prancis, Italy dan Jakarta. Ditanya tentang pewarnaan, ia selalu menggunakan warna-warna traditional yaitu menanam daun lontar di lumpur selama tiga hari dua malam. Kemudian dijemur. Setelah kering ditanam lagi selama dua hari lalu dikeringkan dan direbus hingga menghasilkan warna coklat.
Sedangkan untuk warna hitam dilakukan dengan proses yang sama seperti pada warna coklat, cuma pada saat merebusnya harus menggunakan daun rijasa yang sudah ditumbuk halus, sehingga menghasilkan warna hitam yang alami. Kalau mau warna selain warna coklat dan hitam, misalnya warna merah, ia menggunakan zat pewarna merah (kusumba merah). Demikian pula warna-warna lainnya. Ingin melihat anyaman dari daun lontar? Datang saja ke rumahnya di Br.Bona Kaja, Desa Bona, Gianyar.
Ada lagi pengrajin daun lontar. Bapak yang satu ini khusus membuat kalender Bali lengkap yang ditulis di atas daun lontar yaitu dalam bahasa Bali yang diterjemahkan ke bahasa Inggris. Lontar ini sangat laku, terutama bagi tourist Amerika dan Eropa. “Sebulan saya mampu menjual 5 set lontar ini dengan harga Rp.50.000,” kata I Wayan Sumadia yang tinggal di Jln. Letda Made Suta, Sukawati, Gianyar.(BTN/Ketut Budiarta)

sekarang ini menginjak abat modern daun lontar menjadi kerajinan unik

           
               

Beberapa Jenis Bambu Untuk Kerajinan


Beberapa Jenis Bambu Untuk Kerajinan


Jenis Bambu Untuk Kerajinan
bamboo types, beberapa jenis bambu, jenis pohon bambu, jenis bambu hias, jenis bambu yang paling kuat, jenis bambu unik, jenis bambu untuk kerajinanKomoditas bambu Indonesia mempunyai potensi yang besar. Kita memiliki berbagai jenis bambu yang benilai ekonomis tinggi. Bambu yang disebut juga haur (aur) atau buluh, termasuk dalam famili Gramineae. Tanaman ini tersebar di daerah tropik dan subtropik, meski terdapat juga di daerah dingin seperti Jepang, China, dan Amerika Serikat. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat sekitar 600-700 spesies bambu yang mewakili kira-kira 60 genera. Dari jumlah tersebut, 300 spesies tumbuh di Asia, kebanyakan di wilayah Indoburma yang dianggap sebagai daerah asalnya.
Negara penghasil bambu terbesar di dunia adalah India yang memiliki perkebunan bambu seluas 9 juta ha. Yang kedua adalah China dengan luasan kebun bambu 3 juta ha, diikuti oleh Jepang seluas 120.000 ha.
Dari sekian banyak jenis bambu yang kita miliki, ternyata masing-masing mempunyai sifat yang khas. Hal inilah yang membuat perbedaan dala pemanfaatannya. Berikut ini beberapa jenis di antaranya.
1. Bambu Apus
jenis bambu dan manfaatnya, jenis bambu hias, jenis bambu yang digunakan untuk kerajinan, cara membuat kerajinan bambu, perusahaan kerajinan bambu, kerajinan bambu sederhana, kerajinan anyaman bambu, kerajinan bambu dan cara membuatnya
Bambu apus dikenal juga sebagai bambu tali atau dalam bahasa Sundanya awi tali. Bambu apus (Gigantochloa apus) termasuk dalam genus Gigantochloa, jenis bambu yang tumbuh merumpun. Tingginya bisa mencapai 20 m dengan warna buluh hijau cerah atau kekuning-kuningan. Batangnya tidak bercabang di bagian bawah, diameternya 2,5-15 cm, tebal dinding 6-13 mm, dan panjang satu ruas 45-65 cm. Panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 3 m – 15 m. Bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Bentuk batangnya sangat teratur dengan buku-buku yang sedikit membengkak. Bambu apus hanya ditemukan di Jawa, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Rebungnya pahit dan tidak bisa dimakan. G. apus terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku anyaman karena seratnya yang panjang, halus, dan lentur. Sebaliknya jenis bambu ini tidak baik digunakan sebagai alat musik, karena buku-bukunya yang cekung menyebabkan gaung yang tidak beraturan.
Bambu ini, dalam keadaan basah berwarna hijau dan tidak keras. Sebaliknya bila sudah kering warnanya menjadi putih kekuning-kuningan, liat, dan tidak mudah putus. Karena itu, tak heran bila bambu ini digunakan sebagai bahan utama untuk kerajinan anyaman.
2. Bambu Betung
jenis bambu dan manfaatnya, jenis bambu petuk, beberapa jenis bambu, jenis pohon bambu, jenis bambu hias, jenis bambu yang paling kuat, jenis bambu unik, jenis bambu untuk kerajinan
Bembu betung (Dendrocalamus asper Schult. F. Backer) dalam bahasa daerah populer dengan sebutan awi bitung, bambu betung, deling betung, jajang betung, dan pereng betung. Jenis bambu ini memiliki rumpun yang agak sedikit rapat dengan pertumbuhan yang sangat lambat. Tinggi buluhnya mencapai 20 m dengan garis tengah sampai 20 cm. Panjang ruasnya 40-60 cm sedang ketebalan dinding buluh mencapai 1-1,5 cm. Jenis bambu ini bisa dijumpai mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2.000 m dpl.
Bambu betung banyak digunakan sebagai bahan bangunan, bahan baku pembuat dinding rumah yang dianyam atau dibelah, furniture, dan berbagai kerajinan seperti keranjang bambu. Rebungnya yang digunakan untuk sayur, terkenal paling enak di antara jenis-jenis bambu lainnya.

3. Bambu Gombong/Ater
jenis bambu yang digunakan untuk kerajinan, cara membuat kerajinan bambu, perusahaan kerajinan bambu, kerajinan bambu sederhana, kerajinan anyaman bambu, kerajinan bambu dan cara membuatnya, jenis bambu dan manfaatnya, jenis bambu hias
Bambu gombong/ater Gigantochloa verticillata Munro (G. atter Kurz) tumbuh sangat merumpun. Tinggi buluhnya mencapai 26 m dan tumbuh tersebar mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Garis tengah pangkal batangnya mencapai 4-13 cm dengan tebal dinding 6-20 mm. Warna buluhnya hijau atau hijau dengan garis-garis kuning membujur. Forma yang sebagian dari batangnya bergaris-garis di Jawa Barat disebut sebagai bambu andong, sedang yang tidak bergaris ater. Bambu andong ini dalam bahasa Sunda dikenal sebagai awi andong, awi gombong, awi surat, awi temen, sedang dalam bahasa Jawa disebut sebagai pring surat. Rebungnya merupakan yang terbaik dari rebung jenis bambu lainnya. Umumnya bambu ini banyak digunakan sebagai  bahan baku bangunan, chopstick dan berbagai kerajinan tangan.
Forma yang kedua, buluhnya tidak bergaris dan disebut sebagai bambu ater. Buluhnya berwarna hijau kehitam-hitaman atau ungu tua. karena ciri itulah jenis ini dinamai bambu hitam. Rumpunnya agak jarang. Batangnya tumbuh tegak, bisa mencapai ketinggian 20 m, garis tengah batang 5-10 cm, dan panjang ruasnya 45 cm – 60 cm. Pelepah buluhnya selalu ditutupi oleh miang yang melekat dan berwarna hitam. Pertumbuhan jenis bambu ini tergolong lambat. Bambu hitam tersebar di Jawa dan hidup pada ketinggian 0-650 m dpl. Jenis bambu ini juga populer dengan sebutan pring wulung atau awi hideung. Bambu hitam banyak digunakan sebagai bahan baku furniture, dinding dari bambu, alat musik, alat rumah tangga dan kerajinan tangan, bahkan juga sebagai pipa air dan pagar di desa-desa.
Bambu hitam, dalam keadaan basah kulitnya tidak begitu keras, tetapi setelah kering sangat keras dan warnanya menjadi hitam kecoklat-coklatan.
4. Bambu Tutul
bamboo types, beberapa jenis bambu, jenis pohon bambu, jenis bambu hias, jenis bambu yang paling kuat, jenis bambu unik, jenis bambu untuk kerajinan
Bambu tutul (Bambusa vulgaris Schrad) dalam bahasa daerah dikenal juga sebagai awi ampel, awi gading, awi koneng, awi tutul (Sunda), pring ampel, pring ampel kuning, pring gading, pring legi, pring tutul (Jawa).
Jenis bambu ini tumbuh merumpun tidak terlalu rapat. Tingginya antara 15-20 m, besar pangkal batangnya bisa mencapai 10 cm, tebal dinding 10-15 mm, dan panjang ruas 20-45 cm. Warna buluhnya hijau, kuning, hijau dengan garis-garis kuning membujur atau kuning dengan bercak-bercak cokelat. Jenis bambu ini memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah diperbanyak, dan dapat tumbuh baik di tempat yang cukup kering.

Aneka Kerajinan Dari Rotan

 
   Aneka Kerajinan Dari Rotan


Kerajinan dari rotan memang sudah menjadi beragam benda yang ada disekitar kita. Rotan adalah sejenis tumbuhan yang banyak hidup di bagian tropis seperti di Indonesia. Rotan mempunyai diameter kurang lebih 2 hingga 5 cm, tidak berongga, beruas-ruas panjang, dan berduri keras. Duri yang dimiliki rotan adalah alat melindungi diri dari hewan. Jika ditebas (dipotong) batang rotan akan mengeluarkan air, ini sebagai sarana bertahan hidup dialam bebas.
Kembali ke kerajinan dari rotan, ada banyak sekali hasil kerajinan tangan dari rotan. Rotan tidak hanya sekedar tumbuhan saja, kini rotan menjadi salah satu bahan untuk membuat kerajinan. Ada banyak produkyang dihasilkannya seperti kursi, meja, keranjang dan lain sebagainya. Jika anda mencari contoh hasil kerajinan dari rotan, silakan baca ulasan kerajinan dari rotan berikut ini.

Aneka Kerajinan Dari Rotan

1. Kursi & Meja
Kerajinan dari rotan yang pertama adalah kursi dan meja yang terbuat dari rotan. Coba lihat karya yang terbuat dari rotan berikut ini, bagus bukan?
Meja dan kursi hasil kerajinan dari rotan
Meja dan kursi hasil kerajinan dari rotan
2. Tempat Lampu Cantik
Ada tempat lampu cantik yang dapat kita buat menggunakan rotan. Indah sekali bukan? Lampu ini cocok jika diletakkan di kamar.
Lampu kerajinan dari rotan
Lampu kerajinan dari rotan
3. Rak
Rotan bisa diolah menjadi sebuah rak lho. Lihat gambar dibawah ini, rak yang terbuat dari rotan ini bisa untuk meletakkan benda pernak-pernik hingga baju.
Rak hasil kerajinan dari rotan
Rak hasil kerajinan dari rotan
4. Tas Cantik
Wah cantik juga tas ini, bisa dibawa untuk bepergian. Eh, tas cantik ini terbuat dari rotan lho, coba lihat gambar dibawah ini, cantik sekali bukan?
Tas hasil kerajinan dari rotan
Tas hasil kerajinan dari rotan
5. Hasil Kerajinan Rotan Lainnya
Masih banyak kerajinan rotan lainnya, ada penimang bayi, rak, keranjang dan sebagainya. Coba lihat gambar dibawah ini.
Hasil kerajinan dari rotan
Hasil kerajinan tangan dari rotan
Unik sekali bukan beberapa hasil kerajinan rotan ini? Jangan hanya melihat saja, anda juga bisa membuat kerajinan dari rotan ini lho, carilah inspirasi dari gambar-gambar diatas lalu kembangkan, selamat mencoba.